aku mencintai jingga

saat semesta dinaungi semburat yang mempesona

jingga, semesta menjingga

ketika lamat-lamat suara adzan menghitung detak jantung,

mengukir sebuah kata perpisahan kepada hari

wahai senja..

terimalah aku sebagai kabut

setia menantimu menyambut malam

menundukkan hati dalam-dalam hanya untuk Sang Pemilik Alam

meruntuhkan segala penat dan kesenduan

bersujud hanya untuk satu nama teragung

dan ketika jingga menutup tabir untuk hari ini,

aku ingin pulang di kala senja

kembali pada kisahku yang terukir di langit

hening dan abadi.

Senin, 18 Juli 2011

Intermezzo

Seorang teman (lebih tepatnya saudara jauhku yang belasan tahun belum pernah bertemu kembali) mengatakan, "Awal pertemuan adalah kesempatan dan ujung pertemuan adalah tujuan. Dan apalah arti wujud suatu pemahaman jika jiwanya terkurung di sebuah ketinggian".

Bahkan sampai saat ini pun aku masih harus mencoba memahami kata-katanya tersebut. Bila kita telah sampai di suatu titik dimana kita telah menganggap itu sebuah tujuan, lalu apakah yang akan terjadi sesudahnya? Lalu dimanakah sebenarnya ujung pertemuan itu? Bagaimana caranya mengetahui bahwa itu adalah sebuah penghujung? Ia menyuruhku untuk mengkalibrasi kata-katanya tersebut. Ah, berapa kali lagi harus kuperas benak ini untuk menemukan makna yang tersirat di dalamnya. Dan bukankah pada tiap penghujung, akan ada awal baru lagi sesudah itu, menuju ujung kembali, lalu mengulangi entah kali keberapa. Membentuk siklus? Infinite? Tak terhingga? Hmmmm.....

*mending makan kuaci aja ahhh*.....

2 komentar:

  1. Intermezzo yang bikin jidat mengkerut. He he :P
    Bagi kuacinya dong.

    Salam.. .

    BalasHapus
  2. Ini kuacinya :)... *sambil ngasih kuaci*...

    BalasHapus