aku mencintai jingga

saat semesta dinaungi semburat yang mempesona

jingga, semesta menjingga

ketika lamat-lamat suara adzan menghitung detak jantung,

mengukir sebuah kata perpisahan kepada hari

wahai senja..

terimalah aku sebagai kabut

setia menantimu menyambut malam

menundukkan hati dalam-dalam hanya untuk Sang Pemilik Alam

meruntuhkan segala penat dan kesenduan

bersujud hanya untuk satu nama teragung

dan ketika jingga menutup tabir untuk hari ini,

aku ingin pulang di kala senja

kembali pada kisahku yang terukir di langit

hening dan abadi.

Rabu, 20 Juli 2011

Secangkir Kopi Untuk Sunyi

Entah pagi, entah siang, entah sore yang hanya tersisa selembar, terlebih malam dengan segala rahasia pada gelapnya, mereka selalu menggigilkan ujung matamu. Ada yang terpagut begitu lama. Berdiri dengan seluruh ingatan yang berjejalan. Membuatmu menjadi pemetik bulir-bulir yang perlahan jatuh, mengaduh di pipimu. Kemudian kau pergi ke dapur, menyeduh secangkir kopi. Katamu, ini kupersembahkan untuk kesunyian yang selalu ada menemani. Kau sambut dengan diam. Lalu mendadak ada yang menusuk dadamu. Ternyata diam itu seperti pisau yang mencabik dirinya sendiri. Kau pun tercabik.

*Dariku : Seduhlah lagi secangkir kopi, Jasmine. Rebahkan segala nyerimu disana. Dan biarkan ia mengental bersama larut yang selalu kau jagai. Maka mari kita berdoa malam ini. Biarlah Tuhan dan segenap malaikatnya mengurai pagi, tempatmu kelak memetik helai demi helai diam yang menjelma puisi.

4 komentar:

  1. Aku datang,, assalamualaikum!!! :)

    tulisan yg tetap manis kayak kopi,, hehehe... siip... klo gitu sesuai kalimat terakhir,, aku tunggu helai demi helai diam yg menjelma puisi,,,

    hmm,, klo menjelma jadi donat enak kali ya, sambil minum kopi?? wkwkwk.... becanda... kaburrrr....... :D

    BalasHapus
  2. Wa'alaikumsalam Kak Amiiii...*miss u miss u*...

    Selamat datang di kebun senja, yuk minum kopi dulu sambil makan puisi (bukan makan donat) :D :D

    BalasHapus
  3. @Mbah Dukun : Yuk, mari ngopi :)

    BalasHapus