aku mencintai jingga

saat semesta dinaungi semburat yang mempesona

jingga, semesta menjingga

ketika lamat-lamat suara adzan menghitung detak jantung,

mengukir sebuah kata perpisahan kepada hari

wahai senja..

terimalah aku sebagai kabut

setia menantimu menyambut malam

menundukkan hati dalam-dalam hanya untuk Sang Pemilik Alam

meruntuhkan segala penat dan kesenduan

bersujud hanya untuk satu nama teragung

dan ketika jingga menutup tabir untuk hari ini,

aku ingin pulang di kala senja

kembali pada kisahku yang terukir di langit

hening dan abadi.

Senin, 11 Januari 2010

Hidup Tanpa Mimpi

" Hidup tanpa mimpi membuat segalanya terasa hampa ", demikian kata-kata yang diucapkan oleh seorang teman baikku. " Dan saat ini aku mengalami kehampaan, karena aku sudah tak lagi memliki mimpi. Mimpi-mimpiku telah terkubur sejak Myasthenia Gravis   menyerang otot-otot tubuhku beberapa tahun yang lalu ", ia menambahkan dengan nada suara yang melemah.

Aku sangat mengerti dengan apa yang ia rasakan. Karena aku juga merasakan hal yang sama. Myasthenia Gravis sepertinya sudah menjauhkanku dari mimpi-mimpi yang dulu pernah kurancang. Aku masih ingat bagaimana bersemangatnya aku melangkah setapak demi setapak untuk berusaha mewujudkan mimpiku. Bahkan aku mengabaikan penyakitku. Dengan keyakinan penuh bahwa aku akan sembuh di saat lulus sekolah. Dan saatnya aku terbang membawa rancangan yang telah kugenggam erat di tangan. Namun, pada kenyataannya kondisiku tidak banyak berubah.

Monoton. Semuanya datar. Tapi aku berusaha mencoba menikmatinya semampuku.

Sempat aku terpuruk untuk yang kedua kalinya ketika tak lagi ada harapan di depan mata. Tapi aku selalu percaya bahwa Tuhan mempunyai rencana yang indah untuk setiap hamba-Nya.

Lagi-lagi harus menyemangati diri sendiri secara terus menerus. Kalau tidak, benar-benar hampa semuanya. Kuliah dengan jurusan yang bukan minatku, sebagian besar waktu dihabiskan di dalam rumah karena  Myasthenia Gravis membuat otot-otot motorikku melemah, tak punya teman belajar karena kuliah di Universitas Terbuka yang sulit sekali menemukan teman apalagi yang satu jurusan, belum lagi keterbatasan-keterbatasan fisik lainnya yang menghambat segala aktivitas.

" Aku bingung say, setelah lulus kuliah mau ngapain ya?" ujar teman baikku yang lainnya, yang juga menderita Myasthenia Gravis .

Ga tau mau jawab apa. Aku sendiri juga ga tahu mau ngapain.. :D

Yang pasti, aku masih mempunyai mimpi dalam hidupku. Masih berusaha untuk mewujudkannya. Walaupun aku tahu hidupku itu tak akan mudah. Kuserahkan semua kepada-Nya. Matahari masih bersinar. Burung-burung masih berkicau. Langit masih biru. Dan aku masih bisa tersenyum. So, aku akan tersenyum pada hari-hariku.. :)

4 komentar:

  1. Harapan, membuat kita semangat dalam menjalani hidup ini. Keikhlasan membuat beban berat terasa tak berarti. Impianku, aku ingin hidupku berarti.

    BalasHapus
  2. Semoga apapun impian kita terwujud ya kakakku... Amin... :)

    BalasHapus
  3. Alunan bahasa dan penulisannya sangat indah dan bagus....,

    Hidup akan terasa indah ketika kita berbagi dengan sesama.

    BalasHapus
  4. Terima kasih :)

    Ya, karena kita ada untuk saling berbagi..

    BalasHapus