aku mencintai jingga

saat semesta dinaungi semburat yang mempesona

jingga, semesta menjingga

ketika lamat-lamat suara adzan menghitung detak jantung,

mengukir sebuah kata perpisahan kepada hari

wahai senja..

terimalah aku sebagai kabut

setia menantimu menyambut malam

menundukkan hati dalam-dalam hanya untuk Sang Pemilik Alam

meruntuhkan segala penat dan kesenduan

bersujud hanya untuk satu nama teragung

dan ketika jingga menutup tabir untuk hari ini,

aku ingin pulang di kala senja

kembali pada kisahku yang terukir di langit

hening dan abadi.

Sabtu, 18 Juni 2011

Sembunyi

Mungkin seringkali aku berhasil menyembunyikan segala perasaan ketika berhadapan dengan orang lain, terutama saat aku merasa segala sesuatunya tak sanggup lagi menahan guguran di mataku. Dengan siapa saja. Aku mungkin bisa tertawa dan berkelakar dengan cuaca, tersenyum pada pagi. Berkali-kali akan kukatakan bahwa aku baik-baik saja. Namun lewat tulisan, aku tak mampu sembunyi dari semuanya. Telapak tanganku selalu mengucurkan kejujuran tentang perasaan-perasaanku. Aku benar-benar kalah telak oleh tulisan yang kujatuhkan sendiri. 

Seorang kawan berkata padaku, akhir-akhir ini dalam karyamu jelas terlihat ungkapan perasaanmu. Aku tersadar. Bagaimanapun aku menghindar dari semua orang, lewat tulisan akhirnya terungkap. Tak mampu aku sembunyi dan berlari kemana pun. Huruf-huruf yang kutorehkan sendiri akhirnya yang menguak. Jejariku sendiri yang mengelupas segalanya hingga tak ada lagi tempat bagiku untuk sembunyi.

5 komentar:

  1. tak perlu kau berlari,
    tak usah kau sembunyi,
    biarkanlah aksara menjadi wakil diri,melukis hati
    untuk bisa berbagi.

    Pagii Nila, Pkbr ??

    BalasHapus
  2. @Widi : Siang Widi....
    Not to bad :)

    Sampai kapan aku ga bisa sembunyi bila menuangkan sesuatu melalui tulisan. You know me Widi ^_^
    Miss you to chat again... :*


    @Rifka : Haaai...cheers.. :)

    BalasHapus