meski sedari tadi kau berpayung lembab
dengan mata sembab
di tanganmu ada doa yang tengadah
mengepul bersama hangat kopi pagimu
di belakangmu, pintu masih kau biarkan terbuka lebar-lebar
kau akan masuk seorang diri lalu menguncinya
atau pergi, dengan pintu menganga
dan siapa saja dapat datang lalu pergi
tanpa meninggalkan jejak padamu?
Apapun caramu, tak pernah ada yang berlalu begitu saja
meski kau kuras habis seluruh hatimu
meski hatimu benar-benar kosong dan sendiri
sebab hati bukanlah guratan pensil yang dapat dengan mudah dihapus
tapi itu milikmu, satu-satunya
jangan lagi kau kais ia, memaksanya terkoyak lagi
berharap hujan dapat menghapusnya
tapi hujan tak benar-benar jatuh, Rinai
kau lah yang jatuh dalam air matamu sendiri.
sebab hati bukanlah guratan pensil yang dapat dengan mudah dihapus
tapi itu milikmu, satu-satunya
jangan lagi kau kais ia, memaksanya terkoyak lagi
berharap hujan dapat menghapusnya
tapi hujan tak benar-benar jatuh, Rinai
kau lah yang jatuh dalam air matamu sendiri.
waahh,, keren puisinyaa...
BalasHapus*applause*
@anitaikan : trims yaaa.. :)
BalasHapusartinya ga jadi nangis nih?
BalasHapus@Aulia : Artinya hujan malah jatuh dari matanya sendiri Li, alias nangis :D
BalasHapusSaking nangisnya hebat jadi kayak hujan deh..hehe