aku mencintai jingga

saat semesta dinaungi semburat yang mempesona

jingga, semesta menjingga

ketika lamat-lamat suara adzan menghitung detak jantung,

mengukir sebuah kata perpisahan kepada hari

wahai senja..

terimalah aku sebagai kabut

setia menantimu menyambut malam

menundukkan hati dalam-dalam hanya untuk Sang Pemilik Alam

meruntuhkan segala penat dan kesenduan

bersujud hanya untuk satu nama teragung

dan ketika jingga menutup tabir untuk hari ini,

aku ingin pulang di kala senja

kembali pada kisahku yang terukir di langit

hening dan abadi.

Senin, 06 Juni 2011

Catatan Kecil Selepas Maghrib

Sehabis Maghrib, aku duduk bertiga di teras rumah dengan mama dan abang. Ga ada obrolan serius sih, hanya saling berbagi cerita yang kami lewati, diselingi sedikit canda dan tawa kecil. Aku baru menyadari, setelah beberapa lama baru kali ini kami bisa berkumpul lagi seperti ini. Rutinitas mama dan abang lah yang terkadang membuat kebersamaan itu terlewat. Aku bercerita pada abang tentang bagaimana perjalananku ke sebuah tempat di daerah Bidara Cina bersama mama siang tadi. Untuk kali ini aku hanya membutuhkan obat (mestinon) sebutir saja. Wow!! Biasanya, paling tidak aku mengkonsumsi 2-3 butir untuk perjalanan ini. Padahal hari itu aku mengalami kelelahan fisik (juga hati dan pikiran).. :D *tewewew*. Ga hanya itu, aku musti naik-naik dan turun tangga jembatan Busway, sendiri. Yup, sendiri boooo. Horeeee :)). Ditambah lagi dengan sengatan matahari yang cukup membuat kepala dan ubun-ubun meleleh-leleh...*halah lebay*. Walaupun masih sedih karena beberapa hal yang terjadi, pengalaman siang itu cukup menghibur dan bisa membuatku cengir-cengir (kaya' kuda) dan bisa menularkan senyum ke mama plus abang. Na..na...na...

Di tengah obrolan, tiba-tiba aku nyeletuk, "Diantara kita siapa yang lebih dulu pergi ya?". Seketika mama dan abang menoleh ke arahku. Refleks, kuangkat jari tengah dan telunjuk membentuk huruf V sambil berkata "peace", dan ga lupa nyengir kudanya :D.

Bukan tanpa alasan aku bertanya demikian. Tapi mendadak pikiranku berhamburan ke masa dimana papa masih ada. Berkumpul dan saling bercerita di teras rumah adalah rutinitas keluarga kecil kami. Dan ketika papa pergi untuk selamanya, aku sampai pada titik dimana kerinduan itu membuncah, benar-benar ingin menamatkan dirinya sebagai hujan, yang mengalir di sudut mata. Hiyaaaa....kangen papa :).

Nah, pasti dong akan ada saatnya salah satu diantara kami kelak akan pergi. Kematian itu pasti bukan? Bukan kematian yang membuatku takut, sampai harus ngumpet kesana kemari, sembunyi dalam dompet atau karung beras, menyusup ke balik bantal atau kotak makan siang.. -_-" *ga jelas*. BUKAN!! Tapi lebih karena aku ga sanggup menghadapi kehilangan. Kehilangan orang-orang yang aku sayang. Yah, kalo aku duluan yang pergi sih ga apa-apa. Kalo aku yang ditinggal? Nooooo, i can't imagine that!! Huks...huks...Udah ah, plis plis jangan nangis lagi. Udah cukup nangis dua hari berturut-turut...ehehehehem.. :D. Semuanya udah diatur, iya kan? Tinggal dijalani sajaaaaa :)).

Kematian adalah kepulangan paling kekal
saat langit telah mencatat nama-nama kita
maka tak satupun yang mampu menolak
bahkan duka dan tangis pilu
saat ia datang, mungkin kita akan menangis bersama
lalu menidurkan segalanya
tapi tidak hati dan kenangan.

Untukmu orang-orang yang mengisi hidupku
ketika salah satu dari kalian pergi
akan selalu ada tempat untuk bercakap-cakap dengan rindu, dengan kalian
karena bagiku, cinta adalah kekal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar