Pagi ini ketika aku berbincang dengan segala hal yang bernama kesunyian, terlahirlah kata-kata yang kusebut sebagai Anak-anak Pagi. Mereka berlarian menuju sesuatu yang entah. Sesuatu yang engkau. Sesuatu yang tak lagi nyala. Sesuatu yang ingin kesesap bersama secangkir mimpi semalam yang tak lagi kuingat. Ah, biarkan saja mereka mengapung lalu menderas menjadi kalimat-kalimat tak berhulu, pun tak berhilir. Maka inilah pagiku.
Pagi adalah lentera yang kelak menggenggam tanganku, menuntun lalu menuju diriMu seluruhnya.
Pagi adalah isyarat langit yang belum mampu kuterjemahkan lewat aksara. Aku hanya tahu bahwa ini kali, embun menghilang lagi. Pun waktu. Akan menghilang seiring luka yang terus terlukai.
Pagi adalah doa yang terurai panjang, deras menghujani langit. Dan aku berdiam dengan selembar harap, semoga doa itu tak menguap begitu saja di awang-awang.
Pagi adalah doa yang terurai panjang, deras menghujani langit. Dan aku berdiam dengan selembar harap, semoga doa itu tak menguap begitu saja di awang-awang.
Pagi adalah jalan setapak yang menunggu untuk kujejaki, menuliskan kisah hari ini dengan ujung-ujung kaki. Hingga aku lelap nanti.
Pagi adalah tempatku memeram senyum. Siang atau sore nanti hatiku akan menelurkan suka cita yang pelan-pelan jatuh ke tanah, lalu bertumbuh menjadi sebuah pohon, dan aku akan duduk di bawahnya menuliskan senja yang jingga.
Pagi adalah aku. Perempuan yang tak letih memegang janjimu. Erat.
Pagi adalah kesunyian paling akrab yang lahir dari rapalan doa-doa semalam dan pujian-pujian tak beralamat. Kelak akan sampai juga padamu.
Pagi adalah percakapan yang belum terucap, sesungguhnya ia ada untuk menadahkan tangan. meminta hatimu untuk tersenyum sepenuhnya, seluruhnya.
Pagi adalah cara Tuhan untuk menyampaikan kasihNya, yang sungguh, tak mampu dijabarkan oleh satupun teori matematika.
Pagi adalah jalan bersimpang dua. Satu jalan menuju masa lalu, yang lain adalah jalan menuju dirimu yang sejati. Keduanya adalah milikmu. Pilihlah hanya satu.
Pagi adalah satu-satunya cara agar aku mampu melupakan, tanpa meninggalkan.
Pagi adalah suara lantang anak-anak yang berlarian menuju sekolah. Ada pengharapan disana. Ada keceriaan tak beralasan.
Pagi adalah secangkir kopi yang kucecap dengan kisah manis, sedikit getir, ditambah setengah sendok pahit, teraduk bersama sejumput syukur dan segenggam doa.
Pagi adalah buah dari mimpi semalam yang meranum, siap untuk dipetik.
Pagi adalah sebuah janji yang tak lagi utuh. Itu sebabnya tak mampu lagi kukatakan lewat kata, kukalimatkan lewat kalimat. Bahkan kutulis dalam puisi.
Pagi adalah sekop, siap membantumu untuk menutup lubang di hati, yang masih saja dipenuhi luka masa lalu.
Pagi adalah bangku taman, tempatku duduk sambil membaca buku, mendengarkan sabda angin, dan memeluk kenangan yang diam-diam menyusup.
Pagi adalah perempuan yang menyiram bunga di sudut-sudut hatinya. Meminta angin untuk tidak meniup satupun harapannya yang mulai meluruh.
Assalamualaikum..gimana kabar mbak?
BalasHapussering aku bingung, "napa mbak nila gak pernah ngepost?"
Mbak, minta kalimatnya satu ya. buat status fesbuk :D
Mas Pakies : Wa'alaikumsalam mas :)
BalasHapusTrims yaaa, lanjutannya keren!! Harusnya jadi kesimpulan isi postingannya ya...
Riska : Wa'alaikumsalam Riska..^^
Lagi hibernasi makanya ga posting2 :D
Boleh2, silahkan diambil untuk status fb nya :))