aku mencintai jingga

saat semesta dinaungi semburat yang mempesona

jingga, semesta menjingga

ketika lamat-lamat suara adzan menghitung detak jantung,

mengukir sebuah kata perpisahan kepada hari

wahai senja..

terimalah aku sebagai kabut

setia menantimu menyambut malam

menundukkan hati dalam-dalam hanya untuk Sang Pemilik Alam

meruntuhkan segala penat dan kesenduan

bersujud hanya untuk satu nama teragung

dan ketika jingga menutup tabir untuk hari ini,

aku ingin pulang di kala senja

kembali pada kisahku yang terukir di langit

hening dan abadi.

Senin, 27 September 2010

Wanita Terbaik Yang Pernah Kukenal

Wanita itu adalah seorang ibu rumah tangga dari keluarga sederhana dengan dua anak, di sebuah sudut kota Padang. Di matanya, keluarga adalah nomor satu sehingga seluruh waktunya dicurahkan pada keluarga kecilnya tersebut. Di usianya yang ke-36, saat anak tertuanya berusia 12 tahun dan anak keduanya berusia 9 tahun, suaminya meninggal dunia. Seperti terjebak dalam sebuah kapal yang terombang ambing sendirian di tengah laut, ia kalut. Tak tahu bagaimana caranya menyelamatkan dua malaikat kecilnya yang tak tahu apa-apa. Di tengah kepedihan hatinya karena ditinggal suami tercinta, ia berusaha bangkit dan mencoba mencari pekerjaan. Dengan bantuan seorang kawan, ia bekerja menjadi sales asuransi. Meskipun memiliki pekerjaan baru, ia tak lantas meninggalkan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Dengan segenap hati ia berusaha keras untuk tetap ada bagi kedua anaknya. Tetap tegar. Walaupun tak jarang anak-anaknya mendapati ia sedang menangis sendirian.

Setahun setelah kepergian sang suami, ia memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Keputusan ini diambil karena sebagian besar keluarganya berada di ibukota itu. Dengan setumpuk harapan, pindahlah keluarga kecilnya tersebut. Di Jakarta, ia dan anak-anaknya menumpang tinggal di rumah salah satu kerabat. Harapan yang tak selalu sesuai dengan kenyataan, bukankah seringkali memang demikian? Ia harus bersabar menahan diri melihat anak-anaknya hidup terkungkung dan mendapat perlakuan yang tidak adil, seperti kucing yang ketakutan. Hatinya tak tega menyaksikan anak-anak dan dirinya sendiri yang selalu tidak dihargai. Satu tahun kemudian, ia keluar dari rumah itu. Memutuskan untuk mengontrak sebuah rumah petak yang sempit. Saat menempati rumah kontrakan, ia dan anak-anaknya merasakan kelegaan yang luar biasa. "Ga apa-apa ya nak, rumahnya kecil. Yang penting kita bahagia," ucapnya di suatu malam sambil menyunggingkan senyumnya yang cantik.

Demi kelangsungan hidup keluarga, ia memulai usaha dengan membuka sebuah warung makan kecil di dekat rumah kontrakannya. Susah payah ia membangunnya, dengan modal yang sedikit dan tanpa pengalaman. Baru beberapa bulan memulai usaha, Tuhan kembali mengujinya. Anak perempuannya, saat itu menginjak usia 12 tahun, tiba-tiba tak lagi mampu beraktivitas seperti biasa. Anaknya mulai sering terjatuh, memecahkan piring dan gelas karena tangannya juga lemah dan hanya mampu berjalan beberapa langkah. Anaknya terserang Myasthenia Gravis, sebuah kelainan autoimun. Hatinya miris melihat kondisi putrinya tersebut. Segenap tenaga dan hatinya dikucurkan untuk memperjuangkan anaknya. Pukul empat pagi, ia sudah berbenah di warungnya, tanpa ada yang membantu. Selesai sholat Subuh, ia kembali pulang untuk mengurusi anak perempuannya yang bersiap berangkat sekolah. Meski dengan kondisi yang lemah, ia tetap memberikan semangat pada anaknya untuk tetap melanjutkan sekolah. Dengan sabar, si anak dimandikan, disikatkan giginya, memakaikan seragam sekolah, menyisiri rambut, menyuapi sarapan, membawakan tas dan memakaikan sepatu. Sebab anaknya tak mampu melakukan semuanya sendiri. 

Pukul setengah enam, diantarkannya ke sekolah. Biasanya akan sampai di sekolah pada pukul enam lebih sepuluh menit. Padahal dalam kondisi normal, hanya diperlukan waktu lebih kurang sepuluh menit berjalan kaki. Sepulangnya, ia langsung ke pasar membeli segala kebutuhan warung. Terkadang ia harus rela melepas anaknya dengan kondisi seperti itu berangkat sekolah sendirian. Karena kebutuhan warung yang sangat mendesak, yang mengharuskannya sudah berada di pasar sehabis Subuh. Siang hari, ditutupnya warung sebentar dan menjemput anaknya di sekolah. Selalu seperti itu. Tak lupa setiap minggu dibawa anaknya berobat. Selain ke dokter, pun tak henti sang buah hati dibawa ke berbagai pengobatan alternatif.

Berjuang sendirian. Ia seperti seorang pahlawan super yang selalu ada untuk buah hatinya. Dibawanya berobat dengan naik turun kendaraan umum. Seringkali anaknya terjatuh di jalanan dan ia sendiri yang mengangkat anaknya. Berlanjut hingga anak perempuannya memasuki jenjang SMU, namun kali ini ia tak lagi membuka warung makan. Seluruh perhatiannya hanya untuk si anak. Setiap hari diantarkan dan dijemput sekolah. Diangkatnya si anak ke atas motor ojek yang mengantar ke sekolah, lalu ia sendiri juga ikut naik mengantar anaknya. Seperti itu setiap hari. Tak jarang ia menunggu di sekolah, berjaga-jaga bila pelajaran dibubarkan sebelum waktunya, sehingga anaknya tak perlu menunggu terlalu lama untuk dijemput. Ia lakukan semua dengan sabar.....dan ikhlas. Pun sampai anak perempuannya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, hingga selesai.

Hari ini, wanita itu tinggal di sebuah rumah mungil bersama kedua anaknya. Anak lelakinya yang tertua sudah bekerja dan anak perempuannya masih setia dengan Myasthenia Gravisnya. Tangan sebelah kirinya sering sakit. Setelah diperiksakan ke dokter ternyata tulang bahunya turun. Diperkirakan karena sering mengangkat beban yang berat. Setelah ditelusuri, anak perempuannya menyadari bahwa kemungkinan itu disebabkan karena hampir setiap hari dulu ibunya mengangkat tubuhnya yang lemah. Tapi wanita itu menjawab, "Tak penting apa penyebabnya. Kalaupun memang disebabkan karena itu, mama ikhlas nak!"

Ah, betapa besarnya hati wanita itu. Wanita terbaik yang pernah kukenal. Dan aku ingin menjadi seperti dirinya, yang selalu tegar dan bersabar atas apapun. Aku selalu sayang padanya, karena wanita itu adalah ibuku.   


Kepada Ibuku

Berdua. Selalu berdua menghadapi semuanya. Dan aku sangat bersyukur untuk itu. Kau selalu ada di sebelahku, saat segalanya terasa mudah dan saat segalanya begitu sulit kulewati, ibu.

Bertahun-tahun yang lalu, ketika aku masih ada dalam gendongan, diayun, dan dinyanyikan lagu-lagu penghantar tidur, aku tahu....sasaranmu adalah memberiku benih agar suatu hari nanti sepasang sayap dapat membawaku terbang membawa mimpi-mimpiku.

Bukan berarti perjalanan itu terasa mudah. Aku ingat, suatu hari di usiaku yang menginjak sembilan tahun, betapa miris hatimu melihatku menaruh sepucuk surat ucapan selamat ulang tahun di pusara ayah. Dan setelah itu kehidupan kita berubah. Menjadikan kita seperti sekelompok serdadu yang bertarung dengan senjata yang pas-pasan. Dan kau yang akhirnya mengambil alih semua komando, terutama untuk dua serdadu kecilmu yang masih rapuh.

Namun pada akhirnya semua situasi yang tak bersahabat, dapat kita lalui bukan?

Kalau hidup ini sebuah perlombaan, aku pernah berpikir untuk keluar dari arena perlombaan ini. Satu hal yang membuatku ingin berhenti, yaitu karena sayap-sayapku tak tumbuh dengan sempurna. Tak mampu aku terbang membawa mimpi-mimpi yang telah kurancang.

Di fase itu, aku terhenti mengurai benang-benang hidupku. Sebab tak juga selesai kutenun kainku.

Namun dengan kesabaran dan kasih sayang yang setiap saat kau beri, akhirnya aku menyadari bahwa aku harus terus berjuang. Tak ada yang mampu meredam keyakinan dan harapan, bahkan Myasthenia Gravis yang tiba-tiba menghadang langkahku.

Sampai hari ini, terus aku mengukur seberapa jauhkah kujejakkan nafas di sepanjang jalan berbatu ini. Menggumamkan namamu, seperti aku belajar mengeja igauku. Sehelai demi sehelai. Seraut demi seraut.

Meski sayapku tak tumbuh sempurna. Aku masih menyimpan benih harapanmu yang dulu kau sebarkan di masa kecilku.
Benih itu akan kutanam agar aku tumbuh menjadi pohon dengan akar yang kuat. Walaupun aku tak terbang ke atas sana, maukah kau menemaniku untuk sama-sama menjadi pohon? Dan memandang bintang-bintang yang berkelip indah di langit serta menikmati angin yang bermain di sela dahan dan ranting kita.

Padamu kusampaikan ibu, genggamlah hatiku..


31 komentar:

  1. Subhanallah sebuah ketegaran yang luar biasa dari seorang ibu yang dengan berpijak pada keikhlasan berjuang meniti pedihnya sebuah perjalanan panjang yang sangat bermakna.
    Ibu .. ketegaran perjuangan itu akan berbuah nikmatnya aroma surgawi, Insya Allah Amiin

    BalasHapus
  2. Salut sama ibunya yang tegar dan begitu mengasihi anak anaknya, semoga Allah memberikan banyak kekuatan buat beliau.
    Eh, semoga sukses buat kompetisi 1000 kisah tentang ibu.
    Salam buat ibunya yah.. .

    BalasHapus
  3. mb.Nila sayang, sejak paragraf kedua saya tidak tahan untuk menangis.
    Terpuji sekali perjuangan ibu,sampaikan salam hormat saya untuk Ibu ya, saya turut berdo'a seperti mb.Nilla untuk beliau.
    Love you mb.Nila yg cantik,peluuk :)

    BalasHapus
  4. wanita memang makhluk yang paling tegar....
    semoga menang untuk llombanya...

    BalasHapus
  5. Perjuangan yang luar biasa. Terharu saya..
    Sampaikan salam untuk ibunda tercinta ya :)

    BalasHapus
  6. jadi ingat ibu di kampung...
    T_T...

    BalasHapus
  7. Mba.. peluk sayang untuk Ibunya ya :)

    BalasHapus
  8. salam untuk ibu ya mbak..benar2 seorang ibu yang luar biasa....

    BalasHapus
  9. kisah yang menyentuh hati, begitu beratnya perjuangan seorang Ibu yang merangkap sebagai seorang Ayah, dan anaknya yang tetap bersyukur untuk menerima haL itu (maaf) di daLam beberapa kekurangannya bisa menjaLankan aktifitasnya.

    semoga Allah seLaLu meLimpahkan keberkahan dan kebahagiaan bagi keLuarga Mbak Dek yang begitu semangat dan bersyukur daLam mengisi sisa kehidupan ini.

    kisah ini merupakan reaLitas yang patut menjadi pertimbangan khusus bagi para dewan juri, bukan karena bagus atau kurangnya sebuah tuLisan. tetapi makna yang terkandung daLam tema tuLisan yang di angkat, yakni bermanfaat bagi kita semua untuk dapat mencontoh api semangat yang terus berkobar dari peLaku kisah tersebut.

    BalasHapus
  10. bersyukurlah yang terlahir sebagai wanita, selagi berjalan dalam kodrat banyak 'surga' yang dititipkan kepada kaum wanita.
    betapa nyawa dipertaruhkan hanya untuk melahirkan kita, jadi tidak ada alasan untuk tidak berbakti pada orang tua (terutama ibu).

    Semoga sukses dengan tulisannya Mbak.

    *Mbak, ada award buat Mbak Nilla, kalau berkenan mohon di boyong.. terimakasih :)

    BalasHapus
  11. waduh..sedih banget...nih..mbak ceritanya...oh, ya mbak..ada award nih..mohon diambil ya...thanks..

    BalasHapus
  12. whuaaa...terharu banget de...penuh perjuangan hidup dan tak pernah menyerah...salam bwt ibu ya...:)

    semoga sukses juga untuk partisipasinya...

    BalasHapus
  13. Mas Pakies....Amin Ya Rab.. :)
    Trims doanya ya Mas..


    Mood....Makasi Mood ^_^


    Mba Winny....Love you too Mbakku...trims sekali ya ^_^


    Pak Tani dan Sang Sapi....Amin.. :)


    Mendaki Sunyi....Trims yaa..


    kira....Jauh dari sang ibunda, tapi selalu dekat di hati kan ^_^


    Amanda....Trims Amanda :)


    Lone Fighter....yup :)


    Dayoe....makasi yaa :)


    Om Dek Rame....Amin...trims ya Om Dek..
    ^_^


    Mas Sukadi....Amin...terima kasih Mas..
    Wah dapat award...trims sekali lagi yaaa :)


    Camajuyas....Makasi awardnya yaaa ^_^


    Kak Diana....Makasi ya kak :)

    BalasHapus
  14. sama2 Mbak Dek, tumben nih OL agak maLem. jangan Lupa yah tetap jaga kondisi, jangan terLena.
    seLamat istirahat Mbak Dek, semoga bermimpi indah dan pada akhirnya terwujud daLam kehidupan dunia nyata.

    BalasHapus
  15. assalamualaikum...
    topik tentang ketegaran seorang ibu, selalu menarik untuk dibicarakan. Ada realitas yang memang perlu dijadikan contoh bagi kita. Ada semangat yang selalu jadi inspirasi didalamnya. sebuah post yang menggugah..
    salam

    BalasHapus
  16. wah ikut lomba juga yah^^
    sukses yah

    BalasHapus
  17. Subhanallah
    ibunya mbak Nila hebat ya, smoga mbak Nila bisa sehabat ibu nantinya, Smangaat :D

    BalasHapus
  18. Belanja online dengan beragam pakaian muslim dan wanita

    BalasHapus
  19. Hik hik hik, terharu banget, ada beberapa ceritamu yg mengingatkan ku dengan masa kecilku.

    Ibu, cinta kasih dan pengorbanan mu begitu tulus, dan doanya tiada lekang oleh waktu.

    BalasHapus
  20. Ibu belahan jiwa kita semua. Salam takzim buat bundamu tercinta.
    Berbahagialah bagi yg masih melihat dan merasakan cinta ibu.
    Setelah tulisan ini, aq rindu Alm. bundaku :(

    BalasHapus
  21. Yang kutau
    Buah takkan jatuh jauh dari pohonnya
    Begitu juga 'buah cinta' dari wanita hebat tersebut
    Tentu nyaris mirip dengan dirinya...!

    *Akhirnya nyampek juga BW ke tini...
    Duuhh....kangen...!

    Salam Manis Selalu

    BalasHapus
  22. Subhanallah dik, aku meneteskan air mata membaca posting ini. Demikianlah perjuangan seorang ibu dik, karena itu "SURGA DI TELAPAK KAKI IBU", cinta anak hanya sepanjang gala... tapi cinta ibu sepanjang jalan....

    Aah... sepertinya aku juga harus melepaskan keegoisanku meninggalkan ibuku. Pekerjaan ku memang merupakan hal yg paling aku cintai, tapi aku lebih mencinta ibu, sampai sekarang aku merasa tidak adil kepada ibu ku dik. Selama 5 tahun aku meninggalkan beliau, dan sepertinya tahun ini aku harus kembali....

    Nah loh, kok aku malah curhat... maaf ya dik..^_^. Saam untuk ibu ya.. semoga menang dalam kompetisinya....

    BalasHapus
  23. Om Dek Rame....Amiiiiin...^_^


    Neng Rara....Wa'alaikumsalam..
    Trims ya..


    chika....You too.. ^_^


    angga....Mudah2an...Amin.. :D


    Solusi Terbaik....trims ya.. :)


    Widi....Iya, karena ibu adalah ketulusan, dan ketulusan adalah ibu... :)


    Kak Gaelby....Semoga almh. bunda mendapat tempat yang indah disana ya kak...Amin.. :)


    Mba Ayu....Amin..
    Semoga mba, karena aku jauuuh banget kalau dibandingkan dengan mama ^_^
    Salam lebih manis..


    Kak Ami....Gpp kak...
    Semoga apapun nanti keputusan yang Kak Ami ambil bisa memberikan kebaikan untuk semuanya, terutama untuk ibu.. ^_^

    BalasHapus
  24. asswrwb....luar biasa...perjuangan tanpa pamrih seorg ibu, takkan pernah dpt terbalas samapai kpnpun...hiks2..hiks...ak trenyuh skl bacanya...cb nilla lbh srg ikutan lomba nulis..suatu saat siapa tahu ada penerbit u buatin buku n jd best seller...amin...semangat ya nilla1...slm hormat u ibunda...

    BalasHapus
  25. Menangis....

    itu yang selalu aku lakukan setiap melihat dan mendengar kata 'IBU'

    sayang ibu yang penuh keikhlasan...

    makasih ya mbak, saya jadi inget ibu saya.

    Salam juga buat ibunya mbak

    BalasHapus
  26. trims udah mengamininya, banyak sahabat semoga banyak yang saLing mendoakan untuk kebaikan kita bersama, insya Allah.

    kaLo ngeLiat foto2nya Mbak Dek suka gimana gitu, tiba2 jadi kangen pingin ketemu. hihihi...

    BalasHapus
  27. bahagianya memiliki ibu sprt ibumu,

    begitulah kasih ibu, Ia selalu bisa menjadi apapun untuk kita, seorang teman, sahabat, bahkan ibu bisa menjadi sosok sorang ayah utk kita,,,

    nice,
    salam nilla, gmana kabarnya,
    langit berknjung menemui sahabat semua,
    sebulan lebih absen, jd kangen semuanya,,
    :)

    BalasHapus
  28. Mba Tiwi....Wa'alaikumsalam Mba..
    Untuk saat ini yang penting aku menulis aja tanpa tujuan apa2 yang lebih jauh.. :))
    Trims ya Mba..salam kembali loh dari ibundaku ^_^


    z33s....Sama2 ya..
    Semoga bisa memberikan yang terbaik untuk ibunda yaa..^^


    Om Dek....Sama2 Om Dek..trims untuk doanya..^^
    Tuing tuing... :D


    Langit....Hai langit, alhamdulillah baik2 aja..
    Trims udah mampir ya. Ditunggu postingan2 barunya :)

    BalasHapus
  29. salam buat Ibunya ya Nila....waktu itu aku inget nila pernah bilang tentang Myasthenia gravis ini, tapi aku baru tau di tulisan lengkapnya tentang itu... aku percaya Tuhan nyiptain masing2 kita unik dan sempurna jadi... tetep semangat...

    nitip salam ya buat Ibunya... :)

    BalasHapus
  30. Ferdinand....Iya Fer, karena Tuhan Maha Adil....maka tiap ciptaan-Nya pasti memiliki keunikan dan kesempurnaan. Trims banget ya Fer.. :)

    *Salamnya sudah disampaikan...^^

    BalasHapus