aku mencintai jingga

saat semesta dinaungi semburat yang mempesona

jingga, semesta menjingga

ketika lamat-lamat suara adzan menghitung detak jantung,

mengukir sebuah kata perpisahan kepada hari

wahai senja..

terimalah aku sebagai kabut

setia menantimu menyambut malam

menundukkan hati dalam-dalam hanya untuk Sang Pemilik Alam

meruntuhkan segala penat dan kesenduan

bersujud hanya untuk satu nama teragung

dan ketika jingga menutup tabir untuk hari ini,

aku ingin pulang di kala senja

kembali pada kisahku yang terukir di langit

hening dan abadi.

Senin, 21 Juni 2010

Sajak Penjaga Kebun

Oleh : Iswadi Pratama

barangkali kaulah yang harus mengatakan
mengapa kota ini mendadak menjadi sebuah taman
tempat dimana orang-orang ingin sekali
menanamkan dirinya sebagai rumput, bunga, atau pohonan
sementara kulihat engkau terus menjadi penjaga kebun yang buta
tak mampu membaca arah angin dan mencium bau cuaca
anak-anakmu terus tumbuh dan mulai gelisah
mereka ingin kau menjadi sebatang pohon besar yang penuh dengan buah
sedang kau cuma penjaga kebun yang tentusaja tak memiliki akar di pekarangan itu
lalu, suatu ketika, mereka akan mencabuti uban di kepalamu
dan menanamnya di atas ranjang impian sambil berkata :
" lihatlah, papa, aku telah menyelesaikan pelajaran di sekolah
dan akan membantumu tumbuh lebih baik sebagai sejarah "
lalu, di halaman rumahmu
akan melebat taman baru
dimana kau menjelma jadi pagar atau kupu-kupu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar