aku mencintai jingga

saat semesta dinaungi semburat yang mempesona

jingga, semesta menjingga

ketika lamat-lamat suara adzan menghitung detak jantung,

mengukir sebuah kata perpisahan kepada hari

wahai senja..

terimalah aku sebagai kabut

setia menantimu menyambut malam

menundukkan hati dalam-dalam hanya untuk Sang Pemilik Alam

meruntuhkan segala penat dan kesenduan

bersujud hanya untuk satu nama teragung

dan ketika jingga menutup tabir untuk hari ini,

aku ingin pulang di kala senja

kembali pada kisahku yang terukir di langit

hening dan abadi.

Selasa, 12 Juli 2011

Suatu Siang di Pusat Perbelanjaan

Siang yang hampir pecah karena kepanasan, aku sendirian saja di rumah. Ditemani beragam pikiran dan perasaan yang meracau tak jelas, tiba-tiba aku terngiang sebuah novel yang beberapa minggu lalu kulihat di sebuah toko buku. Fisikku baru saja pulih. Namun segala hal yang makin rumit membuatku mengabaikannya. Aku memutuskan pergi ke toko buku tersebut, yang terletak di sebuah pusat perbelanjaan.

Ijin pergi sebenarnya tak kudapatkan, mengingat cuaca yang sangat berkeringat, dan aku belum terlalu kuat. Namun beberapa hal yang sedang terjadi mendorong langkah ini untuk tetap pergi, untuk sedikit saja mengalihkan perasaan-perasaan yang membuatku limbung.

Dengan menumpang angkutan kota, aku memilih duduk di depan, di sebelah supir. Aku memang suka duduk di depan. Selain karena sedikit mengalami kesulitan bila harus naik di bangku belakang, aku juga malas bergeser bila ada penumpang lain yang naik. Biasanya aku sibuk dengan handphone atau berbincang kecil dengan si supir. Namun hari itu, sepanjang perjalanan aku mengedarkan pandang ke sisi luar. Seperti mencari sesuatu, tapi aku pun tak tahu apa yang kucari. Kurangkai sendiri kesibukan dalam pikiran. Sedikit berharap agar semua yang telah mengendap dalam pikiranku sebelumnya, dapat terdepak ke luar. Hingga aku tak lagi merasakan nyeri yang ditimbulkannya.

Di pusat perbelanjaan, selalu digilas dengan keriuhan. Aku melihat-lihat tiap hal yang kulewati. Lagi-lagi, seperti mencari sesuatu, dan aku tak tahu apa yang sedang kucari. Kubelokkan saja langkahku langsung menuju toko buku, agar aku tak semakin larut dalam kebimbanganku sendiri.

Aku sempat bertemu dengan Om dan dua adik sepupuku di depan toko buku. Beliau mengajak serta untuk ikut bersama mereka, berkeliling pusat perbelanjaan tersebut. Dengan halus, kutolak ajakannya. Hari itu, aku hanya ingin sendirian saja. Hanya aku dan diriku. Dalam benakku, aku harus terbiasa melakukan apapun sendiri. Tak bergantung pada siapa pun, meski dengan segala keterbatasan yang kumiliki. Sulit memang, tapi aku akan belajar untuk itu. Karena ada kalanya mungkin suatu saat nanti aku akan benar-benar sendirian.

Kuhabiskan banyak waktu diantara buku-buku yang menghampar. Untuk sesaat aku melupakan apa yang sedang terjadi. Aku sangat menikmati saat-saat seperti itu. Membuatku merasa memiliki sebuah dunia yang bisa kupilih sendiri kisahnya. Dari sekian banyak waktu yang telah mengalur, memang hanya sebuah novel yang kubeli. Novel yang selalu terngiang olehku, mendeskripsikan tentang sebuah pencarian. Entah pencarian apa, mungkin pada akhirnya hanya akan melakukan pencarian ke dalam diri sendiri. Bagiku, ada jalan panjang dan berliku yang menjuntai dalam diri ini. Dan itu mesti ditapaki seluruhnya. Ya, seperti kakiku yang menapaki lantai pusat perbelanjaan itu. Setiap satu langkah yang tertinggal di belakang, akan sudah menjadi kenangan yang terserpih. Entah akan menjelma apa ia suatu hari nanti. Dan apakah di ujungnya, semua akan berakhir atau berulang, tapaki saja.
*****
"Sebuah kisah besar dalam hidup seseorang kadang berawal dari satu titik kecil dalam kenangannya". -- Infinitum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar