aku mencintai jingga

saat semesta dinaungi semburat yang mempesona

jingga, semesta menjingga

ketika lamat-lamat suara adzan menghitung detak jantung,

mengukir sebuah kata perpisahan kepada hari

wahai senja..

terimalah aku sebagai kabut

setia menantimu menyambut malam

menundukkan hati dalam-dalam hanya untuk Sang Pemilik Alam

meruntuhkan segala penat dan kesenduan

bersujud hanya untuk satu nama teragung

dan ketika jingga menutup tabir untuk hari ini,

aku ingin pulang di kala senja

kembali pada kisahku yang terukir di langit

hening dan abadi.

Senin, 25 Juli 2011

Mencintai Tanpa Melukai

 Dapatkah kau mencintai tanpa melukai?
Menghilangkan sejenak cinta diri yang kian lama membuatmu sekarat!

Dapatkah kau mencintai tanpa melukai?
Saat kau dapati dirimu dicintai oleh keping hati sederhana yang tak pernah lelah berdoa untukmu

Dapatkah kau mencintai tanpa melukai?
Melupakan sejenak asal usul dirimu

Sebab, cinta adalah saat angin menggoda dedaun dan bebungaan, saat ia menerpa wajahmu dengan kelembutan
Ia tak kan pernah banyak kata dalam kehadirannya
Dimana pun, kapan pun. dan bagaimana pun caranya ia kan menyentuhmu serupa cahaya,
tak terlihat namun terekam indera lainnya

Mengatupkan awan saat panas menyengat menjelangmu
Memberikan pakaian saat kau kedinginan
Memberikan makanan minuman saat kau lapar haus
Memberikan sandaran saat kau terkulai
Memberikan analogi khusus saat kau bingung tak mengerti tentang sebuah ilmu
Membuatmu tersenyum bahkan terbahak saat kau sedih
Membiarkan dirimu hidup menjadi seutuhnya dirimu, apa adanya dalam lingkar lengannya

Sanggupkah kau mengakuinya?
Jika ya...
Maka sekali lagi aku bertanya :
Dapatkah kau mencintai tanpa melukai?
By : Adriana Wardani

 
Tak ada yang tak bercacat, tak ada yang sempurna, sebab begitulah semesta menanam benih-benih aturan kehidupan. Pun cinta. Meski hingga kini kita masih bergulat tentang pemaknaannya. Menelusuri celah-celah pemahaman yang tentu saja berbeda dan tak pernah sama. Lalu apakah yang membuat cinta itu tak sempurna dalam durasi perjalanannya? Bagiku, ia adalah luka. Tak ada cinta tanpa luka. Seperti senja yang selalu dibayangi oleh jingga. Berbicara tentang cinta, pada satu titik kita akan berbicara pula tentang luka.

Cinta yang sebenarnya adalah cinta yang bersedia mencecap luka itu bersama, mengunyahnya kemudian menelan meski kadang tersedak. Kebersediaan menjalaninya bersama, akan membuat luka itu tak lagi membuat luka yang baru, mengoyaknya kembali. Walaupun tetap saja ia bernama luka. Meski tak berdarah, ada nyeri disana.

Ketika kita mencintai, akan ada sebuah telaga yang kelak berisikan luka. Membiarkan cinta masuk, sama dengan membukakan pintu bagi segala hal yang turut bersamanya, termasuk luka itu sendiri. Sama halnya dengan kebahagiaan, tak seorangpun yang memungkiri bahwa pernah ada air mata kesedihan yang bergulir disana. Pun kehidupan, memilih hidup sama dengan berjalan menuju kematian. Seperti itu cinta dan luka. Miris? Mungkin. Tapi bukankah segala hal memang memiliki sisi yang demikian? 

Cinta memang akan singgah di semua hati, tetapi luka tetap menjadi salah satu bahan dasarnya. Namun pada akhirnya, bila cinta itu adalah sesuatu yang bertumbuh dari sebuah ketulusan hati, maka cinta pula lah yang akan mengeringkan telaga luka yang ada. Maka bila aku boleh mengganti sedikit pertanyaan yang diberikan, akan kuajukan sebuah pertanyaan lain : "Dapatkah kau mencintai dengan ketulusan?". Tanyakan itu pada hatimu yang paling palung.

*****
Tulisan ini diikutsertakan dalam Give Away berjudul Mencintai Tanpa Melukai yang dipersembahkan oleh kakakku, Kak Diana ...*maaf ya kak, tanpa ijin mengganti pertanyaannya :)*

9 komentar:

  1. Nilla,
    bila boleh kusampaikan juga pada Andriana :
    Cinta itu tidak melukai, sungguh !!!

    CINTA itu adalah KARUNIA dari Allah, bentuk dan rasanya yang begitu abstrak, begitu Indah, yang membuat luka dan penafsiran macam-macam adalah manusia itu sendiri.

    Kalo ada orang bilang cinta itu menyakitkan, itu hanya bentuk emotional seseorang karena kekecewaaan dan parahnya mereka sama sekali tak mau mengerti bahwa tanpa izin juga ridho NYA cinta itu kagak bakal hadir pada diri seseorang

    Jangan lagi skepstis akan hal itu ya de, semoga kekeliruan itu tak lagi ada padamu, karena aku sungguh takut & semoga Allah ga 'jewer' kuping kalian itu hi hi hi.

    Salam

    BalasHapus
  2. @Mas Satrio : Hmmm...aku ga janji untuk ga skeptis ya mas...hehe... :D (Ya Allah, jangan dijewer ya....)

    Ya, aku pun sangat membenarkan itu semua mas. Aku pun mengakui bahwa aku sendiri lah yang menahan "itu" untuk menumbuh. Tapi itu semua kulakukan karena aku memiliki alasan. Mungkin bagi "kebanyakan" orang alasanku itu ga cukup kuat, biarlah... :) :)

    BalasHapus
  3. De...
    Prinsip dalam hidup, adalah kita tidak tahu 'muaranya' sampai pada batas mana.

    Yang kedua, bila kau 'menahan' hal itu untuk tumbuh, bisa kufahami karena ada berbagai alasan, salah satunya adalah saking sayangmu juga merasa takut kelihalangan dirinya, tapi ya sudahlah, moga diantara malam dan kesendirianmu Allah akan berikan ilmu untuk jawaban itu semua, amin.

    BalasHapus
  4. Itu bukanlah alasan utamanya mas... :)

    Ada satu hal paling mendasar yang membuatku seperti itu. Amiiin...semoga malam-malam panjang berikutnya dan kesendirianku berdialog dengan keheningan, bisa menjadi sarana aku untuk mendapatkan jawaban dari Sllah...terima kasih ya mas. Terima kasih untuk selalu mengarahkan aku :)

    BalasHapus
  5. Satu hal lagi kupesan padamu de... mungkin ini kau baca setelah tidur saingmu.

    Begini Allah tidak akan torehkan sebuah warna tanpa maksud dan alasan, disana ada maksud juga hikmah yang jauh lebih terjaga yang tak bakalan tersentuh oleh manusia.

    Dan yang terakhir bahwa Allah, tidak akan pernah meninggalkan umatnya tanpa dasar alasan yang jelas, kamu tidak sendirian de..., dirimu kulihat justru lebih banyak ditemani dan dikelilingi oleh rahmat, oleh karunia, oleh malaikat juga nur NYA. Ini justru jarang diberikan oleh NYA kecuali pada hamba-hamba yang dikehendaki NYA, hidup kanlah selalu QOlbu mu dengan dzikir, karena sesungguhnya banyak manusia ini mati sesaat tidak hidupkan qolbunya dengan dzikir, itu yang kutahu dari berbagai kitab lama.

    Semoga bermanfaat ya de... dan maaf aku tidak menggurui mu.

    BalasHapus
  6. Insya Allah ini sangat bermanfaat untuk aku mas, dan sama sekali aku ga merasa digurui..


    Aku justru seneng banget, banyak diarahkan dalam saat-saat seperti ini..terima kasih ya mas :)

    BalasHapus
  7. hmmm.... kurasa cinta itu indah dik, cinta tak pernah menyakiti, :),, semoga menang ya.....

    BalasHapus
  8. Nice... ^___^ suka tulisannya.

    BalasHapus