aku mencintai jingga

saat semesta dinaungi semburat yang mempesona

jingga, semesta menjingga

ketika lamat-lamat suara adzan menghitung detak jantung,

mengukir sebuah kata perpisahan kepada hari

wahai senja..

terimalah aku sebagai kabut

setia menantimu menyambut malam

menundukkan hati dalam-dalam hanya untuk Sang Pemilik Alam

meruntuhkan segala penat dan kesenduan

bersujud hanya untuk satu nama teragung

dan ketika jingga menutup tabir untuk hari ini,

aku ingin pulang di kala senja

kembali pada kisahku yang terukir di langit

hening dan abadi.

Kamis, 09 Juni 2011

Separuh Bahagia

Terkadang, kesedihan datang dari sebuah kebahagiaan. Kebahagiaan yang ingin kau bagi dengan seseorang atau beberapa orang yang melekat erat di hatimu, namun dia tak ada untuk menunggui tiap cucuran kata-katamu. Tiba-tiba saja seakan kebahagiaan yang tengah kau rasa itu lenyap. Bahkan walaupun ada seseorang yang lain menggantikan tempatnya, bahagia itu tak lagi utuh, tinggal separuh. Mungkin saja itu terjadi karena harapan yang kau tanam terlalu banyak. Itu sebabnya aku tak lagi berharap (banyak), dari apapun, dari siapapun. Maka kuciptakan saja sebuah jalan setapak, dimana aku bisa menuliskan sajak-sajak untukku sendiri. Sebagai kawan paling akrab di hela nafasku. Itulah mengapa aku menulis, sekedar menerjunkan segala yang tak lagi utuh, tinggal separuh.

3 komentar:

  1. iya mba ..menapaki tulisan diatas, tidak ada yang setia kalau dibanding sesama....cukup kebiasaan kita sendiri bisa diakrabi dan menjadi teman setia penghibur...yang tak berkata, berkeluh ....

    BalasHapus
  2. wah mba, mewakili saya banget :D hehee...
    setuju ^^ jalan setapak untuk sajak2 kita :D

    BalasHapus
  3. @Mas Aryadevi : Iya mas, lebih baik begitu. Diri sendiri juga yang paling mengrti diri kita :)

    @Alyanayla : Hehe....*tos dulu* :D

    BalasHapus