aku mencintai jingga

saat semesta dinaungi semburat yang mempesona

jingga, semesta menjingga

ketika lamat-lamat suara adzan menghitung detak jantung,

mengukir sebuah kata perpisahan kepada hari

wahai senja..

terimalah aku sebagai kabut

setia menantimu menyambut malam

menundukkan hati dalam-dalam hanya untuk Sang Pemilik Alam

meruntuhkan segala penat dan kesenduan

bersujud hanya untuk satu nama teragung

dan ketika jingga menutup tabir untuk hari ini,

aku ingin pulang di kala senja

kembali pada kisahku yang terukir di langit

hening dan abadi.

Minggu, 12 Juni 2011

Penjaga Gerimis

perahu kayu labuh
anak nelayan mekar dalam debar ombak
sehelai bulu camar gugur.

dia.
gemuruh di dadanya serupa laut
pecah di selapis sore
digenggamnya gerimis dengan teramat pelan,
dan sopan.

aku ingin pergi saja, katanya pada gerimis.

5 komentar:

  1. @Nugraha Adi Putra : Terima kasih :)

    BalasHapus
  2. nice pos mbak, dalem amat maknanya
    hi hi hi

    BalasHapus
  3. wah....utk org seperti saya sulit sekali mengartikannya...
    tapi saya menikmatinya...
    lanjudd mbak....

    BalasHapus
  4. @Nas Smile : Trims ya :)


    @Vivieck : Maaf membuatmu kesulitan :D
    Trims sudah dibaca ya :)

    BalasHapus