aku mencintai jingga

saat semesta dinaungi semburat yang mempesona

jingga, semesta menjingga

ketika lamat-lamat suara adzan menghitung detak jantung,

mengukir sebuah kata perpisahan kepada hari

wahai senja..

terimalah aku sebagai kabut

setia menantimu menyambut malam

menundukkan hati dalam-dalam hanya untuk Sang Pemilik Alam

meruntuhkan segala penat dan kesenduan

bersujud hanya untuk satu nama teragung

dan ketika jingga menutup tabir untuk hari ini,

aku ingin pulang di kala senja

kembali pada kisahku yang terukir di langit

hening dan abadi.

Selasa, 14 Juni 2011

Di Jembatan

Begini saja,
bagaimana kalau kita berjalan di jembatan itu
kau kesana, aku ke arah lainnya.
Kita saling memunggungi. 
Terus berjalan hingga ketika salah satu diantara kita menoleh ke belakang,
tak ada lagi punggung yang terlihat.
Kau menghilang, aku pun menghilang. 
Dengan begitu kita sama-sama saling meninggalkan.  
Mungkin bedanya aku akan menyimpanmu sebagai rindu, 
sedang kau menghapusku dengan ujung sepatu.

6 komentar: