aku mencintai jingga

saat semesta dinaungi semburat yang mempesona

jingga, semesta menjingga

ketika lamat-lamat suara adzan menghitung detak jantung,

mengukir sebuah kata perpisahan kepada hari

wahai senja..

terimalah aku sebagai kabut

setia menantimu menyambut malam

menundukkan hati dalam-dalam hanya untuk Sang Pemilik Alam

meruntuhkan segala penat dan kesenduan

bersujud hanya untuk satu nama teragung

dan ketika jingga menutup tabir untuk hari ini,

aku ingin pulang di kala senja

kembali pada kisahku yang terukir di langit

hening dan abadi.

Kamis, 21 Oktober 2010

Pengojek Sepeda



Katamu, hidup harus terus dikayuh
seperti sepeda tuamu, tak pernah letih mencatatkan peristiwa
pada jalan-jalan yang banyak menyimpan kenangan
mungkin juga perih dan harapan yang tak sempat terucapkan

Aku melihatmu sebagai sebatang rumput
tetap bertahan meski terinjak oleh peradaban yang mulai tak terbaca

Atas nama kesetiaan ataukah desakan hidup
menyisir sebuah ruang di utara Jakarta

Sepanjang jalan, selalu saja ada yang bergegas
mengingat dan melupakan,
setiap yang pergi dan hilang

Lalu, hendak kemana kau tambatkan kulit tua yang mulai rapuh itu
jika suatu hari nanti tak lagi ada tempat bagimu

Namun dalam keyakinanku
tak pernah ada kata yang membuatmu diam dan terpuruk
sebab bagimu, hidup harus terus dikayuh
seperti di sore itu
kau tetap setia menjejakkan cerita di jalanan
yang tak pernah sepi dari ketergesaan

19 komentar:

  1. hidup adalah menjalani sebuah proses yang telah disediakan, tinggal kita mengukur seberapa besar ridha kita menerima apa yang termiliki

    BalasHapus
  2. Salam
    Gambaran kehidupan ya kawan..
    Sudah waktunya si pengojek sepeda ini dikenang atas jasa2nya..

    Salam kawan

    BalasHapus
  3. Miniatur keprihatinan sebagian besar bangsa ini yang masih harus berjuang hanya untuk segenggam beras ya mb.Nilla.

    Apa kabar mb.Nilla sayang ? smg selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan ya :)

    BalasHapus
  4. kayuhan pedaL mu Laksana rotasi mentari dan senja, ruang tunggu mu Laksana penantian pada jemput kehidupan mendatang

    potret kehidupan di atas cerminan perjuangan hidup daLam kayuhan pedaL, seLaLu berotasi menuju ke arah depan.

    di Tanjung Priok juga banyak Lho tukang ojek sepeda. Mak Dek mau di ojekin, gendong pake kain juga boLeh?.
    upiL (^_^)

    BalasHapus
  5. ..jangan lihat objek yg mereka gunakan..tapi perhatikan semangat bertahan mereka dalam deru zaman
    salam kenal.

    BalasHapus
  6. hmmmm... pengojek sepeda, seumur hidup ku belum pernah aku lihat langsung, klo di tv atau media lainnya sering.

    Yang pasti, aku kasih cap jempol delapan buah untuk mereka. hari gini mengayuh sepeda untuk sesuap nasi, sungguh memprihatinkan. dan terkadang yang melakukan juga bpk2 yg sudah tua...oooh... Indonesia... Harus kah aku sedih atau gembira????

    BalasHapus
  7. Mas Pakies....Iya mas, menerima dan tak lupa mensyukuri :)


    DenBagas....Yup..^^
    Salam kembali..


    Mba Winny....Amin....
    Alhamdulillah baik mba :)
    Ya, inilah salah satu bentuk perjuangan hidup ya mba..


    Om Dek....hihi..gendong pake kain? :p
    Itu memang terinspirasi dari pengojek sepeda di Tanjung Priok Om Dek. Tapi fotonya diambil di Kota Tua :D


    hengkidermawan....Ya, semangat mereka yang pantang menyerah.. :)
    Salam kenal kembali ya...

    Kak Ami....Ini salah satu potret Indonesia yang "merdeka" kak..
    Rata2 mereka memang udah tua. Karena seringkali udah ga ada pilihan untuk pekerjaan yang lain. Sedih, mungkin..
    Tapi di balik itu banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik :)

    BalasHapus
  8. Hidup mank hnya dpruntukan bg mrka yg pntang mnyrah. tak ada ruang ut mgluh dan mratapi nsib. krena waktu takkan prnah mnunggu...

    BalasHapus
  9. Om Dek juga mantan tukang ojek sepe Lho, koq kita enggak pernah ketemu yah? :))

    BalasHapus
  10. hidup harus terus berjalan, meski hanya dengan kayuhan sepeda tua..
    tak kan pernah berhenti untuk terus berusaha memberi senyum pada sang kehidupan ini...:)

    BalasHapus
  11. Wiihhh keren nih blognya yang punya juga cakep moga tambah sukses ya kedepannya, mari mengenal kesederhanaan dan keindahan pariwisata Lombok utara di http://7og4nk.blogspot.com

    BalasHapus
  12. oleh-oleh jalan-jalan ke daerah Kota ya? Sering juga aku lihat pengojek di daerah BNI Sudirman, saingannya makin banyak terutama pengojek motor :)

    BalasHapus
  13. tertarik membaca heading blog ini... Aku ingin Pulang Di Kala Senja... mengingatkan kemana kita pulang pada akhirnya. slm blogger kawan, btw puisi yang menyentuh tentang seorang pengojek sepeda, padanya kita belajar menghargai hidup

    BalasHapus
  14. mba nilaa.. apa kabaar?
    lama ga kunjung ini blog U,u

    BalasHapus
  15. Bentuk ikhtiar untuk memenuhi kebutuhan hidup, sosok pekerja keras yang layak djadikan teladan..
    DIA suka pada hamba-NYA yang bekerja keras dan ikhlas... :)

    BalasHapus
  16. Agak mirip sama situa sais pedati yang sekarang sudah gak ada lagi, tapi kayaknya lebih berat ini ya. Mesti goes penumpang pake sepeda.

    BalasHapus
  17. Dialetika sosial yg menyentuh dan sarat makna. I like it.
    jadi ingat pak umar bakri, heheee.... :)
    Maaf baru sempat mampir dek.

    BalasHapus
  18. Lone Fighter....Betul. Itulah hidup yang sebebnarnya :)


    Om Dek....Om Dek ngumpet mungkin waktu aku lewat :p


    Kak Diana...Ya, dan dunia pun akan tersenyum pada kita :)


    Lombokguide....Terima kasih ya :)


    Mas Inung....Begitulah mas, seidikit oleh2 "kehidupan".. :))


    Rosi Atmaja....Salam kembali mba. Terima kasih ya ^_^


    Riska....Baiiiik..^_^
    Mba juga udah lama ga berkunjung ke blognya Mbem.. :))


    Mas Sukadi....Salah satu realita yang menyuguhkan keteladanan yang baik :)


    Mood....Iya, mungkin juga mirip dengan penarik becak..


    Kak Gaelby....Terima kasih kak..
    Maaf juga aku belum mampir kesana yaaaa..^^

    BalasHapus
  19. dulu mereka dihargai... tapi sayang kini mereka tergerus oleh para ojek motor.... miris... :(

    BalasHapus