Di jalan setapak ini aku terdiam sejenak
barangkali sejengkal rindu masih menungguku untuk segera pulang
dan duduk dalam kebisuan.
Tanpa suara aku mulai bernyanyi
sekedar mengisi wajah angin yang sembab
dan kurangkulkan kata-kata yang tak jelas arahnya
entah kemana,
aku pun tercabik tak bermakna
hanya laguku yang terdengar sendu
mencoba meraih segumpal awan.
Lalu aku terus bernyanyi
sekedar mengenang tubuhku yang lusuh
terlupakan.
Senja....dunno why....i love it.... dan aku ingin pulang di kala senja, ketika matahari merendah pada sang malam...
aku mencintai jingga
saat semesta dinaungi semburat yang mempesona
jingga, semesta menjingga
ketika lamat-lamat suara adzan menghitung detak jantung,
mengukir sebuah kata perpisahan kepada hari
wahai senja..
terimalah aku sebagai kabut
setia menantimu menyambut malam
menundukkan hati dalam-dalam hanya untuk Sang Pemilik Alam
meruntuhkan segala penat dan kesenduan
bersujud hanya untuk satu nama teragung
dan ketika jingga menutup tabir untuk hari ini,
aku ingin pulang di kala senja
kembali pada kisahku yang terukir di langit
hening dan abadi.
saat semesta dinaungi semburat yang mempesona
jingga, semesta menjingga
ketika lamat-lamat suara adzan menghitung detak jantung,
mengukir sebuah kata perpisahan kepada hari
wahai senja..
terimalah aku sebagai kabut
setia menantimu menyambut malam
menundukkan hati dalam-dalam hanya untuk Sang Pemilik Alam
meruntuhkan segala penat dan kesenduan
bersujud hanya untuk satu nama teragung
dan ketika jingga menutup tabir untuk hari ini,
aku ingin pulang di kala senja
kembali pada kisahku yang terukir di langit
hening dan abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar