aku mencintai jingga

saat semesta dinaungi semburat yang mempesona

jingga, semesta menjingga

ketika lamat-lamat suara adzan menghitung detak jantung,

mengukir sebuah kata perpisahan kepada hari

wahai senja..

terimalah aku sebagai kabut

setia menantimu menyambut malam

menundukkan hati dalam-dalam hanya untuk Sang Pemilik Alam

meruntuhkan segala penat dan kesenduan

bersujud hanya untuk satu nama teragung

dan ketika jingga menutup tabir untuk hari ini,

aku ingin pulang di kala senja

kembali pada kisahku yang terukir di langit

hening dan abadi.

Minggu, 06 Juni 2010

Layang-layang Yang Putus

Di jalan setapak ini aku terdiam sejenak

barangkali sejengkal rindu masih menungguku untuk segera pulang

dan duduk dalam kebisuan.

Tanpa suara aku mulai bernyanyi

sekedar mengisi wajah angin yang sembab

dan kurangkulkan kata-kata yang tak jelas arahnya

entah kemana,

aku pun tercabik tak bermakna


hanya laguku yang terdengar sendu


mencoba meraih segumpal awan.


Lalu aku terus bernyanyi


sekedar mengenang tubuhku yang lusuh


terlupakan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar