Cinta seperti benih-benih yang jatuh ke bumi, terpendam ke dalam tanah, dan ketika hujan turun lalu dipancarkan cahaya matahari, benih-benih itu akan tumbuh menjadi sebuah tanaman, meninggi, besar, lalu berbunga dan berbuah. Untuk kemudian ia akan siap menjatuhkan benih-benih baru yang kelak akan menjadi tanaman pula.
Cinta, seperti benih-benih itu, terpendam dalam hati, tidak terusik oleh ada atau tidak ada, sedih atau senang, pertemuan atau perpisahan, karena ia selalu hidup dan memberikan makna kehidupan bagi pemiliknya. Bila cinta sudah memenuhi ruang hati, maka takkan ada tempat lagi bagi selain yang dicintai.
Cinta adalah milik hati. Jika badan hidup karena ruh, maka hati hidup karena cinta. Hati hanya dapat hidup jika di dalamnya ada cinta. Karena tanpanya, manusia akan kehilangan makna hidupnya.
Lalu kemana akan kau labuhkan cintamu? Sementara banyak manusia merasakan kesakitan karena ia mencintai. Banyak manusia dikecewakan karena cintanya. Banyak tangis yang dikucurkan olehnya, banyak luka yang tertoreh karena cinta.
Simaklah sebuah syair ini kawanku,
Dengarlah hikayat seruling bambu
Ia mengeluh dari perpisahan dan perceraian
Ketika mereka memotongku dari asalku
Dari jeritanku, semua pria dan wanita mengeluh
Rasanya kuingin membelah-belah diriku
Akibat perpisahan ini
Sebagai ungkapan rasa rinduku yang mendalam
Segala sesuatu yang terjauh dari asalnya
Akan senantiasa menunggu waktu pulangnya.
Karena semula cinta adalah milik-Nya, maka kepada-Nya lah cinta itu sepantasnya dilabuhkan. Sebab, cinta kepada Tuhan adalah cinta tanpa akhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar