aku mencintai jingga

saat semesta dinaungi semburat yang mempesona

jingga, semesta menjingga

ketika lamat-lamat suara adzan menghitung detak jantung,

mengukir sebuah kata perpisahan kepada hari

wahai senja..

terimalah aku sebagai kabut

setia menantimu menyambut malam

menundukkan hati dalam-dalam hanya untuk Sang Pemilik Alam

meruntuhkan segala penat dan kesenduan

bersujud hanya untuk satu nama teragung

dan ketika jingga menutup tabir untuk hari ini,

aku ingin pulang di kala senja

kembali pada kisahku yang terukir di langit

hening dan abadi.

Kamis, 03 Juni 2010

20022010, Satu Hari Bersama Piko

Tulisan ini ditulis setelah pertemuanku dengan sahabat kecilku, Intan, yang biasa kupanggil dengan sebutan " Piko ". Pertemuan ini adalah yang pertama kalinya sejak lima belas tahun yang lalu saat aku pindah dari kampung halaman, kota Padang.

Sabtu itu, kota Padang dilimpahi cahaya matahari yang cukup menyengat kulit. Tapi aku tetap bersemangat  walaupun MG tidak mau mengerti kebahagiaanku, karena hari itu aku akan menemui seorang sahabat sejak kecil. Sedikit kebingungan mencari rumahnya, karena semua telah banyak berubah.

Pertemuan yang hangat. Kami baru tersadar, ternyata telah 15 tahun tak pernah berjumpa. Tentu saja banyak kisah yang terlewati. 
Piko dengan tawa lebarnya, Pima dengan senyum ala MG nya :D

Pelukan persahabatan, obrolan ringan yang santai diselingi tawa dan senda gurau, sampai obrolan tentang masalah pribadi mewarnai pertemuan kami.

Persahabatan kami adalah persahabatan yang dipisahkan oleh ruang dan jarak. Menghabiskan masa kecil bersama dan melakukan berbagai kekonyolan khas anak-anak. Hingga suatu hari aku harus meninggalkan kebersamaan itu. Namun kami masih terus menjalin komunikasi dan saling bertukar kabar.15 tahun. Bukanlah waktu yang sebentar. Pertemuan itu akhirnya terjadi. Bahagia sekali rasanya duduk di samping seorang sahabat yang mengerti sesuatu tanpa harus kujelaskan secara panjang lebar. 

Segalanya berubah. Perjalanan hidup masing-masing telah menjadikan kami sebagai pribadi yang berbeda. Tapi itu tak menghalangi kami untuk terus menjalin persahabatan ini. Bagiku, ia adalah Piko yang kukenal dulu. Piko yang membuatku tertawa, yang membawakanku sekantung buah kakao, yang menghabiskan minggu pagi bersama, yang menemaniku makan karena aku malas makan, yang bersama-sama menemukan sebuah tempat tersembunyi di samping sebuah gedung sekolah, yang kami sebut dengan " tempat rahasia ". Tempat rahasia itu sekarang sudah tidak ada. Tapi kenangannya membuat kami tertawa jika mengingatnya.

Satu hal lagi yang tak terlupakan. Kami adalah " Trio Sapi ". Sayang sekali, satu dari anggota trio sapi tidak hadir. Intan ( Sapiko ), Surya ( Sapitu ), dan aku sendiri ( Sapima ). Panggilan itu masih kami gunakan hingga saat ini... :D

Hari itu, kami berdua menyusuri jalan yang dulu selalu dilewati, sungai yang airnya tak sejernih dulu, hamparan sawah yang tak ditanami padi karena belum masa tanam, jembatan yang sepertinya mengecil ( mungkin karena kami yang membesar :D ), lapangan voli yang juga tampak mengecil, jalan setapak sepanjang aliran sungai yang terasa memendek ( dulu jaraknya terasa jauh ), rumah nenek yang halamannya ditumbuhi rumput jepang, rumah masa kecilku yang mungil, hingga mesjid sebagai tempat kami menghabiskan waktu untuk bermain dan mengaji. Semuanya menyimpan kisah kami dan seperti bercerita kembali tentang sebuah persahabatan kanak-kanak di masa-masa yang kerdil.

Satu hari yang penuh nostalgia. Aku sangat menikmatinya. Bersama Piko, semoga persahabatan ini untuk selamanya. Terima kasih telah mengerti dan mendampingiku...^ ^ 

Bertiga bersama mama..^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar